Thursday 17 March 2016


Candi Kethek masih berada di lereng Barat Gunung Lawu, dan saya kunjungi dengan meneruskan langkah kaki setelah menyimpang dari jalur jalan dan mampir selama beberapa saat ke Puri Taman Saraswati dengan patung Dewi Saraswati yang sangat elok dan sendang berair jernih segar.
Jalan setapak ke Candi Kethek boleh dikatakan cukup baik, hanya saja setelah melewat pinggiran jurang yang cukup dalam dan berbelok ke kiri, jalan setapak itu memburuk setelah bercabang dua. Satu jalur berada di sebelah kiri, dan jalur satu lagi berada di sebelah kanan menanjak tajam tanpa undakan memadai.
Saya memilih jalur yang di kanan karena tampaknya lebih dekat jaraknya meskipun kerepotan untuk menapakinya, dan harus hati-hati agar tak terpeleset. Jalur ini jelas akan menjadi licin dan sulit untuk dilewati jika hujan turun.
Selewat tanjakan tajam itu sampailah saya di sebuah dataran dimana di sebelah kanan terdapat teras-teras bertingkat, semuanya ada empat teras, yang masing-masing dihubungkan dengan undakan batu di bagian tengahnya.

Sekelompok orang tampak tengah berjalan di jalan setapak di tepian jurang yang beberapa saat sebelumnya telah saya lewati. Ketika mengambil foto ini saya membelakangi kelokan ke kiri yang berlanjut ke tanjakan terakhir itu.
Situs Candi Kethek lokasinya berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang berjarak sekitar 300 meter di sebelah Timur Laut Candi Cetho.
Nama candi kabarnya diberikan oleh masyarakat setempat karena di sekitar candi dulu sering dijumpai kawanan kera. Hanya saja selama saya berada di lokasi candi, tak satu ekor kera pun datang untuk menyapa…

Dataran cukup luas di pelataran pertama Candi Kethek yang memperlihatkan trap-trap pada teras-teras di atasnya, serta undakan-undakan batu di bagian tengah yang menghubungkan semua teras itu.
Di sisi sebelah kiri yang tak tampak pada foto terdapat tengara nama Candi Kethek, serta sebuah papan pamer yang dibuat Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, berisi informasi seputar Candi Kethek, foto-foto, serta kegiatan yang pernah dilakukan di situs ini.
Dari papan itu saya ketahui bahwa selain Candi Sukuh, Candi Cetho dan Candi Kethek, di lereng Barat Gunung Lawu ini juga terdapat candi lain, yaitu Candi Planggatan dan Candi Menggung. Dari denah terlihat bahwa Candi Kethek merupakan candi dengan lokasi tertinggi dibanding candi lainnya.
Situs Candi Kethek dibuat menghadap ke Barat. Pada anak tangga paling bawah terdapat arca kura-kura yang terkait dengan cerita mitos Samudramanthana, hanya saja saat itu saya tak memperhatikannya.
Melihat undakan yang jumlahnya tak sedikit, saya memilih mendaki ke puncak teras candi lewat jalan setapak yang berada di sisi sebelah kanan, lebih mudah, lebih cepat, dan lebih menghemat tenaga.

Sesampainya di dataran teras keempat ini ternyata tidak ada bangunan candi kecuali sebuah stana kecil dengan kemuncak mahkota, dibalut kain khas Bali yang terlihat sudah mulai kotor, serta sebuah anglo di depan stana yang digunakan untuk menancapkan hio.
Pada teras ini diperkirakan terdapat bangunan induk atau candi utama, namun batu-batuan bekas candi tak terlihat di sana, entah masih terbenam di dalam tanah atau terserak di tempat lain. Candi Kethek diperkirakan dibangun pada periode yang sama dengan pembangunan Candi Cetho dan candi-candi lainnya di lereng Gunung Lawu ini, yaitu sekitar abad XV – XVI Masehi.
Pada 2005 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah bekerjasama dengan UGM telah mengadakan penggalian arkeologi di Candi Kethek ini, diantaranya menemukan arca kura-kura di undakan dasar itu, serta di teras kedua dan ketiga menemukan masing-masing dua sruktur bangunan di sisi Utara dan Selatan.
Adanya arca kura-kura dari cerita Samudramanthana itu memberi petunjuk bahwa Candi Kethek merupakan tempat peruwatan untuk membebaskan seseorang dari kesalahan atau dosa. Kisah Samudramanthana adalah pengadukan lautan untuk mencari Tirta Amrta oleh para dewa dan raksasa dengan menggunakan Gunung Mandara (Mandaragiri) sebagai pengaduknya, ditopang oleh kura-kura jelmaan Dewa Wisnu.
Candi Kethek akan menjadi lebih menarik jika saja candi pada teras keempat kembali dibangun. Bila Gianyar telah bermurah hati menyumbang patung Dewi Saraswati yang sangat cantik dan anggun untuk Puri Taman Saraswati, maka tak ada salahnya jika Badung atau Klungkung menyumbang bangunan candi elok untuk Candi Kethek.

0 comments:

Post a Comment

Tata tertib berkomentar :
1. Komentar harus relevan dengan konten yang dibaca
2. Gunakan bahasa yang baik dan sopan
3. Tidak mengandung unsur SARA or Bullying.
4. Dilarang SPAM. Exp: Nice gan, Makasih Gan, dll
5. Dilarang menyisipkan link pada isi komentar. Aktif ataupun tidak.

Berlakulah dengan bijak dalam menggunakan sarana publik ini. Baca dan pahami isinya terlebih dahulu, barulah Berkomentar. Terimakasih.

Contact Admin

Recent Post

    Area Soloraya

    VISIT SOLORAYA

    Seni Budaya Jawa

    Popular Posts

    Kalender

    Translate To



    EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianBrazilJapaneseKoreanArabicChinese Simplified



    Labels

    Boyolali (14) Karanganyar (25) Klaten (11) Sragen (17) Sukoharjo (11) Surakarta (13) Wonogiri (14)