Monday 14 March 2016



SRAGEN memiliki dua objek wisata alam dan sumber air panas alami yang jarang dimiliki kabupaten lain di Jawa Tengah. Objek wisata alam itu berada di Bayanan, Desa Jambean, serta Ngunut, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo. Letak kedua objek wisata tersebut hanya terpisah sekitar 1,5 km. Kedua objek berada sekitar 20 km arah tenggara Sragen Kota.
''Kalau Bayanan sudah dikelola secara profesional, sebaliknya Ngunut seperti ditelantarkan,'' tutur Yatno, anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Ngunut, Desa Jetis, kemarin.
Bayanan dan Ngunut cukup dikenal, karena memiliki sumber air hangat mengandung belerang berkasiat menyembuhkan penyakit kulit. Pengunjung yang sakit kulit cukup berendam di kamar mandi yang disediakan pengelola objek. Adapun ongkos relatif murah Rp 2.500.
Di sekitar pemandian terdapat kawasan wisata hutan karet dan hutan rakyat berhawa sejuk. Di kawasan ''Alaska'' atau alas karet yang rimbun itu kerap dikunjungi muda-mudi untuk berpacaran.
Tidak jarang, lokasi di lereng sisi barat laut Gunung Lawu itu dipilih orang kota untuk kegiatan hash, jalan sehat serta sepeda santai.
Yatno menyebutkan, tahun lalu ada seorang pendatang asal Cawas, Klaten mengidap sakit kulit kronis. Dia beberapa kali mandi di Ngunut.
''Setelah sembuh, dia syukuran menyembelih kambing untuk dibagikan warga sekitar pemandian Ngunut,'' tutur Yatno.
Dibantu Pengusaha
Di Bayanan juga menyediakan beberapa kamar mandi khusus dilengkapi bathtub bagi orang yang berendam. Khasiat air belerang Bayanan untuk menyebuhkan penyakit kulit, sama seperti di Ngunut. Tak mengherankan jika banyak pengunjung penderita penyakit kulit asal Madiun, Solo, dan sekitarnya bertandang ke Bayanan atau Ngunut.
Meski memiliki debit air cukup besar, Ngunut tidak dikembangkan seperti objek wisata Bayanan.
Penangung jawab Objek Bayanan, Bambang Karpet mengakui, debit air Ngunut lebih besar dan pemandangan alam sekitar dan tidak kalah bagus dari Bayanan. ''Tapi sayangnya belum ada investor bersedia mengembangkan Ngunut,'' tutur Bambang.
Ternyata ada mitos yang menyelimuti bekas petilasan Prabu Brawijaya asal Majapahit itu. Ngunut sebagai objek wisata kini merana karena mitos.
Ceritanya berawal pada 1973 silam. Semula Bupati Sragen Srinardi berniat merenovasi Ngunut dan menyingkirkan sejumlah patung Hindu yang ada di Ngunut.
Tak lama berselang, Bupati Srinardi jatuh sakit hingga akhirnya meninggal. Akibatnya renovasi Ngunut batal. Masyarakat telanjur menghubungkan penyebab sakitnya Srinardi karena berupaya merenovasi Ngunut.
Mitos itu diyakini masyarakat. Siapa saja pejabat yang berniat mengutak-utik Ngunut akan celaka.
Sejak itulah, pengganti Bupati Srinardi berturut-turut mulai PJs Bupati Sragen Drs Hartono, Sayid Abbas, Suryanto PA, HR Bawono, dan H Untung Wiyono tidak mau bersinggungan dengan Ngunut. Karena itu sumber air panas dari perut bumi yang mengandung belerang, dibiarkan hilang percuma. Akibatnya, Ngunut merana karena mitos. Investor pun tidak ada yang berani menanamkan modal untuk menggarap Ngunut.

1 comment:

Tata tertib berkomentar :
1. Komentar harus relevan dengan konten yang dibaca
2. Gunakan bahasa yang baik dan sopan
3. Tidak mengandung unsur SARA or Bullying.
4. Dilarang SPAM. Exp: Nice gan, Makasih Gan, dll
5. Dilarang menyisipkan link pada isi komentar. Aktif ataupun tidak.

Berlakulah dengan bijak dalam menggunakan sarana publik ini. Baca dan pahami isinya terlebih dahulu, barulah Berkomentar. Terimakasih.

Contact Admin

Recent Post

    Area Soloraya

    VISIT SOLORAYA

    Seni Budaya Jawa

    Popular Posts

    Kalender

    Translate To



    EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianBrazilJapaneseKoreanArabicChinese Simplified



    Labels

    Boyolali (14) Karanganyar (25) Klaten (11) Sragen (17) Sukoharjo (11) Surakarta (13) Wonogiri (14)